
2014 (2015)
Film Bloggers Review: ★★★ (10 reviews)
SYNOPSIS
Ricky Bagaskoro (Rizky Nazar), pelajar SMA tingkat akhir, mengalami dilema: mengejar mimpinya menjadi pengajar bagi anak-anak terlantar atau mengikuti keinginan ayahnya, Bagas Notolegowo (Ray Sahetapy), untuk meneruskan pendidikan setinggi-tingginya. Bagas berharap Ricky akan mengikuti jejaknya menjadi politikus.
Bagas sedang berjuang menjadi presiden Indonesia periode 2014-2019 menggantikan Presiden Jusuf Syahrir (Deddy Sutomo). Kesibukannya membuat hubungannya dengan Ricky menjadi renggang. Ricky sama sekali tidak setuju dengan langkah ayahnya. Ningrum (Donna Harun), sebagai ibu dan istri yang setia, selalu berusaha menyatukan mereka.
Persaingan menuju kursi kepresidenan sangat ketat antara Bagas Notolegowo, Faisal Abdul Hamid (Rudy Salam) dan Syamsul Triadi (Akri Patrio). Bagas kurang waspada. Satu keputusan sederhananya membuat semua impiannya porak-poranda.
Kehancuran Bagas membangkitkan keingintahuan Ricky untuk menelusuri kasus tersebut. Upaya ini mempertemukan Ricky dengan Khrisna Dorojatun (Donny Damara), pengacara idealis. Selain itu Ricky juga mulai dekat dengan Laras (Maudy Ayundya), anak Khrisna Dorojatun. Kasus ini mempertautkan hati Laras pada Ricky. Dari perjalanan yang mereka lalui, timbul kepercayaan Laras kepada Ricky, walaupun usia Ricky lebih muda.
Ricky Bagaskoro (Rizky Nazar), high school student, is in a dilemma: to pursue his dream of becoming teachers for displaced children or to follow the wishes of his father, Bagas Notolegowo (Ray Sahetapy), to continue his study to the highest level. Bagas hopes Ricky will follow in his footsteps of being a politician.
Bagas is struggling to become president of Indonesia 2014-2019 to replace President Jusuf Syahrir (Deddy Sutomo). Preoccupations make his relationship with Ricky tenuous. Ricky does not agree with his father’s steps. Ningrum (Donna Harun), a faithful wife and mother, always tries to unify them.
The competition to the presidency between Bagas Notolegowo, Faisal Abdul Hamid (Rudy Salam) and Syamsul Triadi (Akri Patrio) is very tight. Bagas makes a careless step. One simple decision makes all his dreams shattered .
This catastrophy arises Ricky curiosity to explore the case. This effort brings Ricky to Krishna Dorojatun ( Donny Damara ), an idealistic lawyer. Ricky also starts a close relationship to Laras (Maudy Ayundya), Dorojatun’s daughter.
General Information
Director: Rahabi Mandra, Hanung Bramantyo
Scriptwriter: Rahabi Mandra, Ben Sihombing
Cast: Ray Sahetapy, Rizky Nazar, Donny Damara, Maudy Ayunda, Rudy Salam, Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, Donna Harun
Running Time: NA
Release Date: 26 February 2015
Full Cast and Crew
Not available.
CRITICS REVIEW
Meski dibuat dua tahun lalu, isu #2014 terasa related pada kisah dan bobroknya hukum Indonesia saat ini. Rating: ★★★★
Thriller bukan genre yang sering dijelajahi oleh sineas Indonesia karena terlalu rawan. Tapi 2014 menjadi indikator bahwa filmmaker dalam negeri sudah mampu menggarapnya, tanpa harus menyinggung pihak tertentu. (taken from print edition #64) Rating: ★★★★
NA. Rating: ★★★1/2
film 2014 menyajikan kisahnya dalam kemasan yang captivating dan menghibur. Bahkan penggunaan kamera high definition (yang sering digunakan untuk TV) tidak membuatnya kelihatan murahan. Sebagai political thriller dengan unsur action, film berhasil dikemas dengan presentasi yang menegangkan dan seru, disertai intrik cerita yang masih masuk akal. Rating: ★★★★
Penulis skenario Rahabi Mandra dan Ben Sihombing (‘Soekarno’) terlalu menyederhanakan penyelesaian dari konflik-konflik yang mereka bangun dalam skala cerita film yang teramat besar. Ide cerita khas Hollywood, eksekusi khas lenong Betawi. Rating: ★★1/2
2014 mampu suguhkan olahan cerita penuh intrik yang memadukan cita rasa seru, berani, menegangkan, sekaligus menyenangkan. Walau sedikit dilemahkan oleh babak ketiganya yang, well… cenderung dipaksakan, 2014 tetaplah sebuah produk unggul yang lezat buat disantap. Jarang-jarang kita bisa menyimak film soal politik buatan dalam negeri yang tergarap sebaik ini. Rating: ★★★1/2
2014 adalah langkah nyata dari apa yang disebut keberanian beropini. Hanung sedang “kumat”. Ia menjadikan 2014 papan catur. Dua calon raja bersitegang, sementara raja yang sesungguhnya tampak tenang. Tangan sang raja digerakkan tangan lain yang digambarkan memakai cincin. Ini drama langka dengan naskah gagah berani. Ralat. Naskah gagah (saja). Ia memotret raut politik dengan gaya gloomy. Potret krisis tergambar baik. Kita merasakan kegentingan. Rating: ★★★1/2
BLOGGERS REVIEW
Pengarahan Hanung Bramantyo – yang ditemani Rahabi Mandra di kursi penyutradaraan – yang memang telah dikenal mampu menghantarkan kritik sosial dalam bungkusan sajian hiburan yang kental juga terbukti efektif dalam menjadikan 2014 tetap terasa renyah untuk dinikmati semua kalangan penonton. Rating: ★★★
2014 emang nggak berhasil untuk membuat gue percaya dengan semua konspirasi para politikus yang ada di dalamnya—berbeda dengan House of Cards atau bahkan ketololan Veep yang terlihat sangat believable—tapi mereka cukup berhasil untuk membuat gue terlibat di dalamnya. Pembuatnya berhasil mempersembahkan adegan per adegan dengan mulus, walopun tetep aja hasilnya membuat gue naikin alis—lagi, masalah cerita yang nggak termaafkan. Rating: ★★
Feels a bit over the top at times, meskipun masih bisa ditolerir dalam koridor-koridor tampilan filmis bak sejumlah film luar dengan genre sejenis, kekurangannya bukan tak ada, namun semua bisa tertutupi terutama dengan keberanian Hanung-Rahabi menarik garis eksplorasi tema politiknya secara benar-benar relevan, dari referensi karakter, konflik hingga persis seperti tagline-nya, mungkin satu yang terbaik dalam khazanah film kita; ‘Siapa Di Atas Presiden?‘, untuk jadi semakin menarik, seru sekaligus menegangkan. A compelling, fearless and relevant political thriller! Rating: ★★★1/2
I definitely love the idea, the one of kind that Indonesian movie never had (political thriller), but sadly, not so great in execution. It could be much better, I think. Rating: ★★★1/2
2014 was flawed, of course, and it could have garner a lot more face value had it been released last year as scheduled. But Hanung’s ambitious project on political thriller does pay off because 2014 is a refreshing change. It was entertaining, the action was packed and gripping, and overall it is a cool project. Rating: ★★★
‘2014’ is ridiculously funny you can’t help but enjoy it. Unintentionally, I bet. Tech wise, pedestrian at best. Made for TV quality. Rating: ★★
Sepertinya kali ini Hanung tidak mendegarkan pesan terakhir paman Ben Parker,” With great power comes great responsibility”. 2014 itu punya salah satu konsep paling kuat dan paling berani dalam sejarah perfilman Indonesia ketika ia berani menghadirkan sub-genre thriller politik satir yang tidak hanya seru namun menyentil sana-sini. Namun sayang premis bagusnya tidak disertai dengan kekuatan presentasinya, membuatnya menjadi film yang hanya sekedar seru namun terasa dangkal dan konyol dengan segala kesalahan di sana sini, momen aksi berlebihan dan konklusi serba maksanya. Rating: ★★1/2
Ide cerita menarik, adegan fighting Atiqah Hasiholan dkk terlihat total, sayang banget kalau kamu melewatkan film ini di bioskop. Rating: ★★★1/2
“2014” bukan asal berani ambil tema yang jarang dipakai, tema political-thriller tersebut kemudian dikemas dengan kualitas yang baik. Sanggup mencampurkan intrik politik, drama dan juga aksi untuk kemudian menghasilkan tontonan yang menyenangkan. Porsinya terbagi rata, termasuk untuk bagian drama yang nanti punya peran untuk membuat penonton lebih peduli dengan cerita dan karakter. Rating: ★★★1/2
Buat yang cukup melek akan kondisi politik di negeri ini, plot 2014 mungkin akan dengan sangat mudah ditebak, namun di sinilah bumbu investigasi dan action thriller memainkan perannya sehingga ia tetap menjadi tontonan yang menarik. Berbagai adegan laga disebar di sepanjang film dengan timing, durasi, dan visualisasi yang pas sehingga bisa dinikmati secara maksimal. Rating: ★★★1/2