
Lasjkar di Tapal Batas (2016)
Film Bloggers Review: 1/2 (2 reviews)
SYNOPSIS
Eforia kemerdekaan tahun 1945 membuat rakyat Bogor marah ketika Belanda kembali ingin menjajah Indonesia. Banyak rakyat Bogor yang sukarela menjadi pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan negeri ini dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang disebut “Lasjkar Rakjat” (sipil bersenjata). Salah satunya adalah TIDJAN pemuda yang lahir tahun 1930. Terlahir dari keluarga yang cukup terpandang karena ayahnya adalah seorang saudagar. Sejak kecil Tidjan sudah tidak menyukai keberadaan Belanda. Kejadian di Rawagede (Karawang) pada akhir tahun 1947 dimana 400 lebih rakyat jelata dibantai oleh Belanda. TIDJAN marah! Dia pun ikut bergabung dengan Lasjkar Rakjat bersama ketiga sahabat karibnya sejak kecil (ENIM, ANAU, RAIS). Mereka bergabung dengan Lasjkar Rakjat yang dipimpin oleh DJULU. Aksi-aksi mereka sangat merugikan pihak Belanda, sampai akhirnya kelompok mereka dijuluki oleh Belanda.
TIDJAN merasa dilema ketika dia harus memilih perang atau keluarga yang harus ditinggalkan termasuk kekasihnya bernama NONON. Kisah ini dipadu dengan kehidupan zaman sekarang, dimana ada seorang pemuda bernama AKBAR yang juga mempunyai sifat yang sama dengan TIDJAN (setia kawan, pemberani dan jago beladiri) namun sayang dia suka berkelahi (tawuran). Suatu hari AKBAR bertemu dengan NONON TUA yang berkisah tentang kekasihnya TIDJAN. AKBAR insyaf dan ingin menjadi orang yang berguna untuk bangsa seperti TIDJAN.
General Information
Director: Bayu Prayogo
Scriptwriter: Bayu Prayogo, Budy Juwono, Dimas W
Cast: Gorz Kurniawan, Tere Gunawan, Sonia Selvans
Running Time: 75 minutes
Release Date: 11 August 2016
Full Cast and Crew
Not available.
BLOGGERS REVIEW
Lasjkar di Tapal Batas ini jeleknya dari awal sampe akhir. Padahal ini harusnya jadi film sejarah yang mencerahkan. Malah dimaen-maenin gini Lasjkar di Tapal Batas ini harusnya bisa jadi film kebanggan orang-orang Bogor karena perjuangan di 1945. Tapi … hasilnya…. Rating: 1/2
Memang benar film Indonesia tentang perang di masa penjajahan masih jarang. Ditambah upaya menyampaikan kisah perjuangan yang kurang diketahui masyarakat awam, ada niat baik di balik pembuatan Lasjkar di Tapal Batas. Tapi bukan berarti penonton yang notabene membayar tiket harus memaafkan kekurangan film hanya karena intensi baik pemuatnya. Beberapa waktu lalu mencuat perbincangan mengenai perlunya “seleksi” guna memutuskan kelayakan sebuah film tayang di bioskop. Bukan masalah bagus atau jelek mengingat selera tiap orang berbeda, tapi akal sehat siapapun pasti setuju bahwa sajian asal jadi macam Lasjkar di Tapal Batas tak semestinya meneror layar lebar kita. Rating: 1/2