
Mimpi Anak Pulau (2016)
Film Bloggers Review: ★★1/2 (2 reviews)
SYNOPSIS
Cerita film yang diangkat dari judul Novel yang sama MIMPI ANAK PULAU dengan setting tahun akhir 50an ini berasal dari kisah nyata seorang anak bernama Jani (Daffa Permana) anak dari seorang nelayan miskin bernama Lasa (Ray Sahetapi) dari desa batu Besar, batam, mempunyai cita-cita yang tinggi untuk melanjutkan sekolah PGA di pulau seberang Tanjung Pinang. Ibu atau ndok diperankan oleh Ananda Faturrahman kesehariannya hanya penjaja ikan dan kue di pasar dekat kampung.
Kehidupan Jani kecil pun bertambah sulit ketika ayahanda tercinta meninggal dunia tanpa belum bisa membelikan ia sepatu untuk sekolah. Jani kecil yang masih kelas 6 SD itu harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Ia harus mengambil alih peran ayahnya untuk membantu menghidupi ndok dan kedua adiknya yang masih kecil Dolly di perankan oleh Catrina Syachviendra Al Zigmah dan Sani di perankan oleh Akmal Nurfail.
Akankah Jani kecil dapat melanjutkan sekolahnya ke PGA di Tanjung Pinang? Mampukah Jani yang baru kelas 6 SD mendayung membelah laut lepas menuju Tanjung Pinang?
General Information
Director: Kiki Nuriswan
Scriptwriter: Boni Faisal, M. Ichsan Zulkarnaen
Cast: Ray Sahetapy, Ananda Faturrahman, Daffa Permana, Herdin Hidayat
Running Time: 111 minutes
Release Date: 18 August 2016
Full Cast and Crew
Not available.
BLOGGERS REVIEW
Eksekusi film ini dari awal hingga sampai 15 menit jelang akhir buat saya masih baik bahkan ada momen yang menarik untuk disaksikan. Namun, amat disayangkan 15 menit terakhir seolah-olah penulis/sutradara ingin menuntaskan begitu saja cerita yang sudah terbangun baik. Untung saja tidak cenderung ke arah “memberi petuah seolah-olah film dibuat untuk menegur orang agar tetap berbuat sebagai mestinya manusia sempurna.” Rating: ★★
One of the first thing that strikes me upon watching this movie is how honest it actually is. It can’t hide that it’s mean to “inspire”, that it wants to spark a change of heart and encourage people to pursue their dreams, but it does so without being pretentious. It’s a dramatization of Gani’s life, sure, but it’s not over the top. And as far as I know, life was actually that hard for them. Which brings me to why I think Mimpi Anak Pulau actually get it right: it’s relatable. Despite being set decades back, in the years when you can still hear President Soekarno’s speeches in an antique radio, it still undeniably resonate with current situation. Instead of a simple inspirational movie, it ends up as an unsettling social commentary about life and (lack of) education in the borderline area. Rating: ★★★