Film Bloggers Review: ★★1/2 (7 reviews)
SYNOPSIS
Jarot (Agus Kuncoro) dan istrinya Irma (Inong Nidya Ayu), dan dua anak-anaknya, Luna (Nabilah JKT48) berumur 15 dan Aruna (Khadijah Banderas) berumur 5 tahun, masuk ke sebuah rumah baru yang di dapatkan untuk ditinggali sang ayah karena pindah tugas. Rumah itu sangat luas dan berada di sebuah jalanan yang terpencil jauh dari kebisingan ibu kota. Rumah tersebut tampak nyaman, namun ada satu perabotan yang cukup menggangu, yaitu sebuah ranjang tua terbuat dari kayu jati dan memiliki bentuk dan ukiran aneh, berupa seorang wanita yang sedang berteriak.
Awalnya semua baik-baik. Lama kelamaan, terjadi perubahan yang cukup drastis pada Aruna. Sebelumnya, Aruna adalah sosok yang sangat aktif dan periang. Semenjak di rumah baru, ia seperti menarik diri. Penyebab sering diamnya Aruna adalah beberapa kali ia merasa melihat ‘ada siapa’ di kamar tamu, bahkan di kamar tidurnya. Aruna mencoba mengutarakan kepada orang tuanya tapi karena keduanya tidak menaruh perhatian yang penuh, maka kecemasan Aruna teracuhkan. Hanya Lunalah yang merasa kejanggalan ini.
Jarot (Agus Kuncoro), his wife Irma (Inong Nindya Ayu), with their two daughters, Luna (Nabilah JKT48) and Aruna (Khadijah Banderas) moved to a new house after he is transferred to a new job. The house is big and located in a secluded road, far from the hustle and bustle of the big city. The house seems comfortable, but there is a pretty disturbing furniture, an old bed made of teak wood with a screaming woman sculpted on the headboard.
In the beginning, everything is alright. But soon, a drastic change happens to Aruna. Aruna was an active and cheerful little girl, but after moving to the new house, she seems withdrawn. Aruna sometimes sees something in the living room, even in her bedroom. But she can’t tell her parents because they don’t really pay attention to her. Luna is the only one who also feels that there is something wrong.
General Information
Director: Rizal Mantovani
Scriptwriter: Anto Nugroho, Bayu Abdinegoro, Rizal Mantovani
Cast: Agus Kuncoro, Nabilah JKT48, Inong Nidya Ayu, Khadijah Banderas
Running Time: 100 minutes
Release Date: 16 April 2015
Full Cast and Crew
Not available.
CRITICS REVIEW
Wewe memiliki materi yang menjanjikan tapi tak didukung kapasitas akting mumpuni pemeran utama wanitanya. Rating: ★1/2
NA. Rating: ★★★
Sejak awal desain untuk si wewe gombel sendiri sudah menyita perhatian saya, menjanjikan sebuah teror yang menakutkan, walaupun konsepnya terpengaruh “Mama” tapi dengan citarasa lokal. Makanya saya sungguh menyayangkan ketika desain yang sudah keren tersebut tidak dimaksimalkan, desain dan konsep lagi-lagi haruslah mengalah pada esekusi yang begitu lemah dan serba instant—di beberapa scene malah tampak murahan. Rating: ★★1/2
Film ini mencerminkan penggarapan matang dari sisi teknis. Pengambilan gambar lebih bergaya. Efek visual untuk membuat perubahan nuansa rumah sangat lembut dan memikat. Untuk membangun suasana mencekam, sutradaranya, Rizal Mantovani menggaet lagi dengan Andi Rianto dan Magenta Orchestra. Paduan tiga elemen teknis ini dalam banyak fase menciptakan sensasi mengejutkan. Beberapa kali kita akan dibuat menjerit atau setidaknya kaget. Sayang, teknis ciamik kurang diimbangi skenario yang padat berisi. Rating: ★★1/2
BLOGGERS REVIEW
Wewe dikemas dengan deretan formula khas horor Indonesia yang telah terasa begitu usang akibat terlalu sering disajikan dalam film-film sejenis dalam beberapa tahun terakhir. Jelas, banyak adegan yang harusnya mampu memberikan rasa menegangkan pada para penontonnya kemudian tampil datar tanpa adanya kesan apapun. Kisah drama keluarga yang menyertainya juga gagal untuk dikembangkan dengan seksama. Rating: ★★1/2
More generic than wholly innovative, Wewe still left Rizal Mantovani’s art and visual style. The cast was not bad, too. Rating: ★★★
“Wewe” even lemah di cerita, film ini punya artistik, jump scare scene, special effect, dan setting yang lumayan oke. Rating: ★★★
Credible technical aside, ‘Wewe’ choked with half-baked tension and thrills. The plot is dull. The pace is dragging. Dreadful atmosphere and scare barely exist. What a waste of potential. Nabilah JKT48 is annoying. Rating: ★★
Wewe ternyata lumayan bagus! Menghiburrrr, kagetinnya ada. Dan Nabilah JKT48 lucuuuu dan cantik ternyata ya! Rating: ★★1/2
Gw nggak ngerti cerita film ini apa maunya. Konsep wewe gombel begitu samar, nggak jelas rule-nya, dan diceritakan lewat sebuah “buku cerita” yang tulisan sama VO-nya nggak sinkron *ha!*. Gw ngerti sih ketika si makhluk ini “terlepas” karena ortunya berantem, tapi gw nggak ngerti sama adegan-adegan setannya ngikut orang ke luar rumah itu apanya si wewe, anak yang diambil ada yang balik ada yang enggak, juga “alam gaib”-nya yang kurang rapih pengaturan urutan kejadiannya. Rating: ★★
Tidak ada tuturan yang membuatmu terikat di sini, sebaliknya skrip racikan malah mengalun hambar, melebar kesana kemari, tampak kebingungan memilih pijakan yang hendak dikedepankan, hingga akhirnya mendistraksi elemen suspense alih-alih memberi topangan. Perkara ini memang sedikit banyak meredupkan kadar kenikmatan dalam menonton utamanya saat film menapaki klimaks, tapi tak sampai pada tahapan meruntuhkan. Paling tidak, Wewe dilahirkan dengan penggarapan teknis yang terbilang mumpuni dan masih adanya keinginan (dari hati) untuk menyajikan tontonan menakutkan dengan ‘adegan cilukba’ yang beberapa diantaranya cukup berhasil menggedor jantung. Rating: ★★★
Menonton ‘Wewe’ tidak ubahnya seperti menonton FTV horror yang sering ditayangkan di salah satu stasiun tv nasional. Plot cerita yang sangat standar sekali. Padahal saya menaruh ekspektasi berlebih melihat sutradaranya bukan si Empunya-Banyak-Nama-Gak-Jelas tetapi disutradarai oleh salah satu maestro film horror Indonesia.
Akting para pemerannya yang jauh dari kata memuaskan, bahkan akting Agus Kuncoro sendiri.
Penampilan hantunya menakutkan tapi tidak membuat takut. Pokoknya film ini punya banyak lubang dimana-mana.